Mengenai Saya

Foto saya
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Riwayat Pendidikan: 1. SDN No:2 Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung. Kabupaten Solok (Tamat Tahun 1992) sekarang menjadi SDN No:19. 2. MTsN Sungai Lasi Kabupaten Solok (Tamat Tahun 1995) 3. MAN 2 Gunung Pangilun, Kota Padang (Tamat Tahun 1998) 4. IKIP Padang (1998-1999) 5. UNP S. 1 Pendidikan Geografi (Tamat Tahun 2002/2003) 6. S.2 PPs UNP Pendidikan IPS Ekonomi/Geografi Riwayat Pekerjaan: 1. Pekerja Sosial Pada Rumah Singgah Sakinah Program ADB dan APBN (2002-2005) 2. LPP RRI Padang (2001-Sekarang) 3. Instruktur Smart Primagama (2001-2009) 4. Teacher DEK'S JHS (2005-2010) 5. Dosen UNP (2008-sekarang) 6. Dosen Luar Biasa STKIP PGRI Sumbar 7. Konsultan RSBI Adabiah (2009) 8. MC/Pembawa Acara, Instruktur Beragam Pelatihan, Dll 9. Pengalaman Organisasi Ketua OSIS MTsN Sungai Lasi, Ketua OSIS MAN 2 Padang, Ketua HMJ Geografi, FIS, UNP, Ketua BPM FIS UNP, Ketua Remaja BKMT Kabupaten dan Kota Solok dan Korwil Sumatera, Bendahara DPP Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (IMAHAGI), dll

Selasa, 29 September 2009

Kurikulum Pertemuan 1 dan 2


Catatan Materi Kuliah
Tela’ah Kurikulum dan Buku Teks Geografi
Pertemuan       :           1 dan 2
Oleh                :           Nofrion Sikumbang


A.    Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum  mulai populer di Indonesia sejak tahun lima puluhan yang dikenalkan oleh mereka yang pernah belajar di Amerika Serikat.Sebelumnya kurikulum lebih dikenal dengan istilah rencana pelajaran. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin “curriculae” yang berarti jarak yang harus ditempuh seorang pelari. Bangsa Yunani Kuno juga mengenalkan istilah kurikulum yang diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari melalui kata “curir” dan “curere”. Kurikulum juga baru ditemukan dalam kamus Webster tahun 1856 yang menyatakan kurikulum sebagai “a race course;a place for running;a chariot”. Juga disebutkan kurikulum sebagai “a course in general;applied particulary to the course of study in a university”. Chariot artinya kereta pacu pada zaman lalu yakni suatu alat yang membawa seseorang dari titik start  sampai ke finish.

Pengertian kurikulum dan kurikulum itu sendiri mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan pemikiran tokoh-tokoh pendidikan. Dan memang itu seharusnya terjadi agar kurikulum  tidak menjadi usang atau ketinggalan zaman. Beberapa perkembangan mengenai dimensi pengertian kurikulum adalah;

1.      Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kurikulum berorientasi pada isi atau materi pelajaran(content oriented). Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua/orang-orang pandai pada masa lampau. Kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha memperoleh ijazah. Ijazah pada dasarnya menggambarkan kemampuan peserta didik terhadap mata pelajaran. Artinya jika peserta didik telah mendapatkan ijazah maka dianggap peserta didik tersebut telah mempunyai kemampuan menguasai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Evaluasi dilakukan dengan tes hasil belajar. Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran dianggap sebagai pandangan yang masih tradisional, namun konsep ini teryata masih banyak dianut dan mewarnai kurikulum yang berlaku saat ini. Tokohnya diantaranya adalah Robert M. Hutchins (1936).

2.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa. Tuntutan masyarakat terhadap sekolah menyebabkan terjadinya pergeseran pengertian kurikulum. Tidak hanya sebatas sebagai sejumlah mata pelajaran tetapi kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asalkan kegiatan tersebut berada dalam control/pengawasan guru/sekolah. Tokohnya adalah Hollis L. Caswel dan Campbell(1935). Juga Harold Alberty(1965). Kurikulum tidak terbatas pada kegiatan-kegiatan di dalam kelas tapi juga mencakup kegiatan out door. Tidak ada pemisahan yang tegas antara kegiatan intra dan ekstra. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada perubahan tingkah laku pada hakikatnya disebut kurikulum. Disinilah letak perdebatan para ahli pendidikan tentang konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar. Mereka berfikiran bahwa untuk mengukur pengalaman belajar itu bukanlah hal sederhana dan mudah. Oleh karena itu konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar dianggap sebagai konsep yang luas sehingga makna kurikulum menjadi kabur dan tidak fungsional.

3.      Kurikulum sebagai Program atau perencanaan pembelajaran. Konsep ini salah satunya diapungkan oleh Hilda Taba (1962) yang mengatakan “A Curriculum is a plan for learning…”.Konsep ini juga diamini oleh beberapa tokoh seperti Donald E. Olorsky dan B. Othanel Smith (1978) serta Peter F. Oliva (1982) yang menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.

Kurikulum sebagai suatu rencana sejalan dengan  rumusan kurikulum menurut Undang- Undang  Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Terlihat batasan yang jelas antara kurikulum sebagai rencana ( as a plan) yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru serta kurikulum sebagai pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu. Kedua itu digunakan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Oleh sebab itu, kurikulum bukan hanya sebatas rencana tapi juga bagaimana pelaksanaan rencana itu. Murray Print (1993) mengungkapkan bahwa kurikulum meliputi;
Ø  Planning Learning Experiences
Ø  Offered Within An Educational Institution/Program
Ø  Represented As A Document
Ø  Includes Experiences Resulting From Implementing That Document
Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun.



B.     Peran dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup ditengah masyakat. Sebagai salah satu komponen dalam system pendidikan, minimal kurikulum memiliki 3 peran(Hamalik, 1990) yaitu;
1.      Peranan Konservatif. Kurikulum berperan sebagai pelestari berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Kurikulum diharapkan mampu menjadi filter terhadap pengaruh globalisasi yang efek negatifnya menggerogoti budaya nasional. Kurikulum melalui implementasinya di dalam maupun di luar kelas mampu menjaga ke ajekan dan identitas masyarakat Indonesia.
2.      Peran Kreatif. Masyarakat bersifat dinamis. Maka kurikulum juga harus mengandung hal-hal baru yang sejalan dengan perkembangan zaman sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensinya. Jika tidak maka kurikulum tidak lebih dari setumpuk rencana dan peraturan yang kurang bermakna dan tidak relevan dengan kondisi terkini.
3.      Peran Kritis dan Evaluatif. Tidak semua nilai-nilai warisan masa lalu harus diwariskan kepada generasi muda dan tidak semua nilai-nilai baru harus dimiliki oleh peserta didik. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kritis dan evaluatif. Kurikulum harus mampu menyeleksi dan mengevaaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

Ketiga peran kurikulum itu harus berjalan seimbang. Antara peran konservatif, kreatif dan kritis serta evaluatif.

C.     Fungsi Kurikulum
Dilihat dari cakupan dan  tujuannya menurut Mc. Neil (1990) isi kurikulum memiliki 4 fungsi.
1.      Fungsi Pendidikan Umum (common and general education). Fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga Negara yang baik.
2.      Fungsi Suplementasi (supplementation).
Kurikulum harus bisa melayani beragama karakteristik peserta didik. Peserta didik beragam dalam kemampuan, minat dan bakat.
3.      Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus mampu menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing peserta didik.
4.      Fungsi Keahlian(Spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai keahlianya yang berdasarkan atas minat dan bakat.





D.    Asas- Asas Kurikulum
1.      Asas Filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat Negara
2.      Asas Psikologis yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum yakni meliputi psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
3.      Asas Sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, ilmu pengetahuan dan lain-lain
4.      Asas Organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.

E.     Kurikulum dan Pengajaran
Saylor mengibaratkan antara kurikulum dengan pengajaran ibarat Romeo dan Juliet. Artinya berbicara tentang Kurikulum adalah berbicara juga tentang Juliet. Kurikulum dan pengajaran adalah  2 hal yang tidak terpisahkan.  Kurikulum memberikan arah dan arah tujuan pendidikan;serta isi yang harus dipelajari;sedangkan pengajaran adalah proses  yang terjadi dalam proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik. Menurut Oliva, kurikulum berkaitan dengan apa yang harus dipelajari;sedangkan pengajaran mengacu kepada bagaimana cara mengajarkanya. Yang perlu diingat adalah bahwa system pengajaran meliputi 3 subsistem yaitu perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran dan  evaluasi. Namun, walaupun antara kurikulum dengan pengajaran memiliki hubungan yang erat, namun menurut Peter, F. Oliva (1992) dalam prakteknya terdapat kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pengajaran dalam beberapa model berikut ini;
1)      Model Dualistis (the dualistic model)
Dalam model ini keduanya terpisah dan berjalan sendiri-sendiri.








2)      Model Berkaitan (the interlocking model)







3)      Model Konsentris (the concentric model)
Pada model ini ada kemungkinan hubungan kurikulum bagian dari pengajaran atau sebaliknya.









4)      Model Siklus (the cyclical model)
Keduanya memiliki hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi.Apa yang diputuskan oleh kuirkulum akan menjadi dasar dalam proses pelaksanaan pengajaran. Sebaliknya apa yang terjadi dalam proses pengajaran akan mempengaruhi keputusan kurikulum selanjutnya.









F.      Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau program guru dalam proses belajar mengajar. Karena kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya pelaksanaan kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual.Semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan actual maka dapat diperkirakan makin buruklah kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.

G.    Kurikulum Tersembunyi (hidden curriculum)
Kurikulum tersenyum adalah hasil dari suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Atau perilaku yang muncul di luar tujuan yang telah dideskripsikan oleh Guru. Juga bisa diartikan sebagai  tujuan yang tidak tertulis(tersembunyi) dan juga bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Contoh;ketika seorang guru geografi akan menunjukkan gambar/foto/video untuk menjelaskan tenaga endogen tiba-tiba terjadi gempa bumi. Lalu guru menjadikan kejadian yang baru saja terjadi sebagai media pembelajaran.


3 komentar:

Anonim mengatakan...

pak,,,, materi pertemuan selanjutnya kapan terbitnya pak?????

Lili marisa mengatakan...

pak materi pertemuan berikutnya kapan terbit pak?????

febri mengatakan...

maksud dari model dualistis, berkaitan, siklus tu pa bang